Minggu, 01 April 2012

You Again 2



Title       : You Again
Part        : 2/4
Genre   : School, Comedy, Romance
Author  : A.K
Cast       :
Lee Kiseop
Choi Jin Ri (Sulli)
Do Ji Han




Additional Cast :
Kang Sung Pil 
Lee Seung Gi

Park Jiyeon




























Part 2
-Choi Jin Ri POV-
“Salam kenal Lee Kiseop imnida.”, ucapnya menjulurkan tangan. “Ne.”, kataku menjabat tangannya. Kiseop menatapku. “Ah… Jadi yeoja ini supir Ahjussi?”, tanyanya sambil menepuk-nepuk bahuku. “Ani.. ani..”, belaku. “Cepat jalankan mobilnya.”, perintah Appaku. “Bisa dikatakan begitu. Yeoja ini serbaguna.”, tambah appaku. “Arraso.”, jawab Kiseop. Kiseop dan Appa bercanda sepanjang jalan. Kuperhatikan namja itu dari kaca spion. “Ish..”, desisku.
Kuantarkan namja menjengkelkan itu ke Plern Gallery. Kuperhatikan tempat itu dari luar. “Apakah itu gudang?”, tanyaku. Kiseop tersenyum mendengarnya. “Gamsahamnida Ahjussi.”, ucapnya dan turun dari mobil. Segera kututup kaca mobil sebelum Appa sempat menjawabnya dan langsung melaju.
“Kenapa kau ini Sulli?”, tanya Appa. “Kenapa kita harus mengantarnya?”, tanyaku balik. “Dia yang menolong ayah saat mobil ini mogok kemarin malam. Apa salahnya balas budi?”, tanya Appa. “Ne. Tapi jangan bergaul dengan pelayan seperti dia. Dia tidak sebanding dengan kita.”, ucapku. Appa hanya mengelengkan kepalanya mendengar ucapanku.

-Lee Kiseop POV-
Kuregangkan badanku yang telah 6 jam berada di ruang sketsa. Kuberjalan menuju kulkas disudut ruangan. Tak sengaja, aku berjalan melewati sebuah kaca. Aku berhenti dan memandangi diriku sendiri. “Pelayan? Apakah aku mirip dengan seorang pelayan?”, tanyaku seorang diri. Aku menghela nafas dan mengambil air mineral di dalam kulkas.
_Hello Hello_ Hp-ku berdering. “Yoboseyo?”, tanyaku. “Ah ne eomma.”, sapaku. “Jeongmal?”, tanyaku. “Gamsahamnida eomma.”, ucapku girang. “Nomu nomu saranghae.”, kataku sebelum menutup telepon.
Aku berjalan girang menuju kaca. “Kali ini, aku tidak akan terlihat menjadi pelayan lagi.”, kataku sambil bergaya.

-Choi Jin Ri POV-
Kuletakkan kepalaku di meja. “Sulli-ah, apa yang kau lakukan kemarin?”, tanya Jiyeon yang duduk disampingku. “Kau terlihat lelah.”, tambahnya. “Sangat lelah. Appaku menyiksa seharian.”, ucapku lemas. “Kenapa kau ingin jadi asisten-nya setiap weekend? Aneh.”, ucapnya khawatir. “Aku bosan dirumah sendirian.”, jawabku. “Tapi, jangan sampai itu malah menyusahkanmu.’, ucapnya. Aku mengangguk manis dan mencoba tidur.

-Lee Kiseop POV-
Kulipat lengan kemejaku hingga siku. Kurapihkan dasi biru kotak-kotak ku. Dan tidak ketinggalan kacamata baca kesayanganku. Aku berjalan di koridor sambil melihat jadwal yang aku terima. 2-02, itulah ruangan pertama yang harus aku tuju.
Seug Gi Hyung-nim mengantarkanku masuk. “Pagi semuanya. Perkenalkan ini Kiseop seosang-nim. Dia akan menjadi guru pengganti kalian selama 3 bulan.”, ucapnya. Aku membungkukkan badanku “Annyeong..”, sapaku. Seung Gi Hyung pun meninggalkanku. “Hwaiting..”, bisiknya.

-Choi Jin Ri POV-
“Omo..omo..omo..”, Jiyeon menyenggol tanganku agar bangun. “Weo?”, tanyaku malas. “Lihat..Lihat..”, ucanya bersemangat. Aku mengalihkan pandaganku kedepan. “Apa sih? Ha?? Mr. Pelayan?”, mataku membelalak. Rasa ngantukku langung hilang begitu saja. “Pelayan apa maksudmu? Dia itu akan jadi seosangnim pengganti selama 3 bulan. Kyeopta..”, ucapnya kegirangan.
Ternyata Kiseop akan menjadi guru pengganti bahkan menjabat sebagai wali kelas kami. Aishhh…. “Hari ini kita akan belajar seni rupa. Kita mulai dari dasar ya”, ajaknya. Dia menggambar lingkaran dan persegi. “Kami bukan anak kecil.”, celetukku. Beberapa teman di kelasku tertawa mendengarnya.

-Lee Kiseop POV-
Tak kusangka ahjussi terlalu baik. Dia menyekolahkan supirnya di sekolah elite seperti ini. Tapi, dia tetap saja sombong. “Kami bukan anak kecil.”, ucapnya. Aku tersenyum mendengarnya. Aku tak meresponnya dan melanjutkan menggambar.
Kutarik garis tegak lurus dari titik diameter lingkaran, dan membuatnya menjadi tabung. Ku beri sedikit sentuhan garis dan pencahayaan. Ku membentuk sebuah balok dari kotaknya dan memberikan efek gelombang air. Jadilah sebuah gedung lengkap dengan kolam renangnya.
“Woa..”, beberapa orang mulai berdecak. “Mianhe agasshi, aku tidak tahu kau sudah mempelajari ini di sekolah dasar.”, ucapku. Beberapa orang mulai terkekeh. “Kalau begitu, bukankah bagus kalau kau bisa memberi contoh pada teman-temanmu. Silahkan maju dan bantu aku menyempurnakan gambar ini.”, ajakku.

-Choi Jin Ri POV-
Matilah aku, aku bahkan tidak bisa menggambar lingkaran dengan sempurna. “Silahkan maju.”, ajaknya. Kulangkahkan kakiku dengan ragu menuju papan tulis. Apa yang harus kulakukan jika aku tidak bisa. Tiba-tiba, semuanya mulai menjadi gelap, kepalaku terasa pusing. Aku terjatuh tak sadarkan diri.

-Lee Kiseop POV-
Kuperhatikan, ada yang tidak beres dengan yeoja itu. Langkahnya sudah mulai gontai, pandangannya juga kosong. “Pplukk..”, dia pun terjatuh, untung aku dapat menangkapnya. “Buatlah sketsa bangunan, aku akan membawa dia ke ruang perawatan dulu.”, perintahku dan menggendong yeoja ini.
“Bagaimana keadaannya?”, tanyaku pada perawat. “Dia hanya kelelahan. Sebaiknya anda membawanya pulang untuk beristirahat.”, sarannya. Aku pergi menuju ruang guru dan menghubungi orang tuanya.
“Gamsahamnida. Telah menolong putriku.”, ucap Sung Pil Ahjussi. “Ah.. ani. Cheonma. Itu sudah menjadi tugasku”, ucapku.

-Choi Jin Ri POV-
Aku lihat Appa sedang membaca di samping kasurku. “Kenapa aku disini?”, tanyaku. “Kau pingsan.”, jawab Appa khawatir. “Untung Kiseop menolongmu.”, ucapnya lega. “Dia?”, tanyaku. “Iya. Siapa lagi? Mengapa kau tidak bilang dia gurumu?”, tanya Appa. “Aku juga baru tahu tadi.”, jawabku singkat.
“Kau baik-baik sajakan?”, tanya Appa lagi. “Ne.”, anggukku. “Besok berterima kasihlah pada Kiseop.”, katanya. “Arra.”, ucapku.
~Esok Hari~
Entah mengapa aku tak bisa menolak perintah Appaku. Kucari Kiseop di ruang guru. Dia muncul dari pintu dengan senyuman khasnya. “Annyeong.”, sapaku dan mengikutinya ke mejanya. “Annyeong.”, balasnya. “Weo? Mengapa mengikutiku?”, tanyanya dan merapihkan mejanya.
Aku menggaruk kepalaku serba salah. “Weo?”, tanyanya penasaran dan mendekatkan wajahnya. “Soal kemarin…”, ucapku ragu. “Ne. Weo?”, tanyanya lagi dan mulai duduk di tempatnya. Dia mengepalkan kedua tangannya dan menaruh dagunya di atasnya. “Mianhe.. juga Gomawo.”, ucapku pelan. Dia terkekeh mendengarnya.
“Arra..Arra.. Aku juga minta maaf telah mengira kau seorang supir.”, ucapku. “Satu lagi. Ini.”, aku mengembalikan cek 1.000.000 won-nya. “Kurang?”, tanyanya. Aku menggelengkan kepalaku. “Aku tidak membutuhkannya.”, jawabku. Dia tersenyum manis dan menyuruhku kembali ke kelas.

-Lee Kiseop POV-
“Kiseop..”, panggil Ji Han. “Hey.”, sapaku. Dia berlari kearahku dan merangkulku. “Bagaimana rasanya menjadi guru?”, tanyanya penasaran. “Biasa saja.”, jawabku cuek. “Ish.. bagaimana bisa?”, tanyanya dan memukul bahuku. “Apakah muridmu cantik-cantik?”, tanyanya lagi. Aku mengedipkan mataku padanya.
“Mwo? Mwo? Mwo? Kenalkan satu padaku.”, mohon Ji Han. “Aish.. aniyo. Mereka tak boleh mengenal Playboy sepertimu. Aku akan melindungi mereka semua.”, ucapku. “Dasar pelit.”, katanya kesal. “Kajja..kajja.. Kita tak boleh terlambat masuk kuliah.”, ajakku menarik tangannya.
_Hello Hello_ HP-ku berdering untuk yang kesekian kalinya. Sung Pil Ahjussi, itulah nama yang terpampang di HP-ku. Aku pun izin keluar untuk mengangkatnya, sepertinya penting.

-Choi Jin Ri POV-
Headphone terpasang di telingaku dan tumpukkan komik tersusun di sampingku. Aku berbaring sambil membaca komikku. Sore yang indah, pikirku. Lalu, Appa muncul dan menarik headphone-ku. “Weo?”, tanyaku kaget. “Ini.”, Appa menyerahkan selembar kertas laporan nilai selama satu semester. Kulihat beberapa mata pelajaran mengalami penurunan. Aku menundukkan kepalaku. “Mianhe..”, ucapku ragu.
Appa menyuruhku turun dan mengikutinya ke ruang tamu. Kulihat Kiseop sedang duduk santai di sofa. “Kiseop? Apa yang kau lakukan disini?”, tanyaku ketus. “Sopanlah sedikit.”, perintah Appa sembari mencubit bibirku. Appa duduk disampingnya, aku pun mengikuti. “Mulai hari ini, dia akan menjadi guru privat-mu.”, ucap Appa.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar